Sabtu, 08 Juni 2013

STT Setia Jakarta


                                      Total Devrafity (Kerusakan Total)

 Disusun oleh: Samuel Diati

A.     PENDAHULUAN
Sesuatu hal jika diawali dengan kebenaran, maka, selanjutnya kebenaran itu akan selalu konsisten dengan awal dari kebenaran itu. Banyak orang memulai sesuatu dengan hal yang salah sehingga pada akhirnya terjadi kesimpangsiuran dan terus berusaha mempertahankan kesalahannya. Begitupun yang terjadi dalam dunia teologi. Pemahaman yang keliru akan firman Tuhan akan menyebabkan doktrin yang salah, begitupun sebaliknya. Perdebatan Augustinus (354-430) dan pelagius tentang dosa membuahkan dua pengertian yang berbeda diantara mereka.
 Augustinus berpendapat bahwa, kejatuhan manusia kedalam dosa menyebabkan kerusakan natur manusia itu sendiri, sehingga manusia tidak dapat lagi berbuat apa yang baik menurut kehendak Allah( Roma 3:23). Tetapi menurut pelagius, kejatuhan manusia kedalam dosa tidak membuat  manusia kehilangan kehendak bebas. Tiap tiap manusia lahir dengan tidak bercacat sama seperti Adam di firdaus. Jadi dosa turunan tidak diakuinya. Duduknya dosa bukan didalam tabiat manusia, melainkan dalam kehendaknya. Tiap kali kalau manusia berbuat jahat itulah manusia berdosa. Dosa tidak diwariskan turun temurun, tetapi teladan  Adam yang jahat itu ditiru oleh anak-anaknya.[1] Sungguhpun demikian banyak juga orang dalam gereja yang berkeberatan terhadap teologi Augustinus.
 Di Gallia selatan timbul ajaran dari orang semi(setengah) pelagian, yang mencari suatu jalan kompromi supaya moralisme Kristen dapat dipertahankan. Kata mereka: oleh jatuhnya Adam kehendak manusia hanya dilemahkan saja, sehingga manusia dapat berbuat baik lagi. Ia tidak mati (Augustinus) dan tidak pula sehat (Pelagius), melainkan sakit. Kehendak manusia yang bebas harus menerima pertolongan ini, supaya dengan demikian manusia dengan Allah boleh bekerja bersama-sama sampai keselamatan itu diperoleh(inilah ajaran sinergisme). Pandangan ini di pegang oleh golongan Arminian, yang juga mengalami suatu  perdebatan yang serius dengan pemegang teologi  Augustinus yaitu Calvinisme. Pertentangan antara Arminianisme dengan calvinisme secara esensial terletak pada apakah kehendak manusia turut menentukan selamat tidaknya manusia. penganut Armenian mengakui secara (pasif) adanya kehendak manusia yang  turut menentukan. Sebaliknya penganut calvinis menolak adanya kehendak manusia. manusia tidak bisa mencapai keselamatan, hanya anugrah Allah.Reaksi pengikut calvin melalui sidangnya di Dordrecht (1618-1619) memberikan lima dasar untuk melawan para pengikut armenius. Kelima pokok dasar itu lebih dikenal dengan sebutan TULIP. Dalam bagian ini kami akan membahas mengenai salah satu dari kelima pokok dasar tersebut yaitu, TOTAL DEPRAVITY  ( Kerusakan Total).

B.     Bab I Pengertian Total Depravity (kerusakan total)

Kerusakan total adalah sebuah istilah yang sering di salah mengerti. Secara negatif, konsep ini tidak berarti bahwa (1) setiap orang menjadi rusak setotal yang bisa dimungkinkan (2) orang yang belum lahir baru tidak memiliki  hati nurani yang dengannya mereka bisa membedahkan yang baik dan yang jahat (3) orang yang belum lahir baru pasti akan berkubang didalam setiap bentuk kejahatan yang bisa dibayangkan(4) orang yang belum lahir baru tak mampu melakukan tindakan-tindakan yang baik dan bermanfaat didalam pandangan orang lain. Karena orang sering salah mengerti tentang kerusakan total  maka Anthony Hoekema lebih memilih istilah kerusakan pervasif. Yang berarti 1. Kerusakan akibat dosa asal menjangkau setiap aspek natur manusia: termasuk rasio, kehendak bebas, selera dan dorongan-dorongannya. 2. Secara natur tidak ada kasih kepada Allah didalam diri manusia sebagai prinsip yang memotifasi hidupnya.[2]

Cara lain untuk menjelaskan kerusakan total adalah dengan menyebutnya ketidakmampuan total, pada umumnya banyak orang lebih menyukai istilah ini daripada kerusakan total, karena kerusakan total memberi kesan bahwa manusia telah menjadi seburuk yang dimungkinkan. Istilah ini menyarankan bahwa keberdosaan manusia adalah lebih merupakan adanya kekurangan pada manusia dari pada suatu karakteristikyang positif. Tetapi istilah ini berguna untuk menjelaskan fakta mengenai ketidakmampuan manusia untuk melakukan, memahami, atau bahkan menginginkan kebaikan.[3] seseorang  yang mengalami kerusakan total bukan berarti bahwa kejahatan dalam dirinya sudah mencapai intensitas atau derajat yang maksimal, melainkan bahwa kejahatan dalam dirinya telah mencapai ekstensitas luas cakupan yang maksimal.Kerusakan total bukan berarti ia tidak dapat menjadi lebih jahat, melainkan bahwa tidak ada satupun perbuatannya yang baik.  Kejahatan meresapi  setiap kemampuan jiwanya dan setiap bidang kehidupannya. Ia tidak  mampu melakukan satu hal pun yang baik.[4]  Dalam pengertian bahwa kerusakan total disini bukan berarti keburukan / kebobrokan manusia sudah mencapai taraf yang maksimal - bahwa manusia sudah menjadi sejahat yang dapat dilakukan olehnya, kurang lebih seperti Iblis.Jadi kerusakan total bukan berarti ia tidak dapat menjadi lebih jahat lagi, melainkan bahwa tidak ada satupun perbuatannya yang baik. Karena Dosa telah merusak setiap aspek kehidupannya.
Sebagai contoh: Anak-anak yang melakukan kebohongan-kebohongan kecil, namun mereka bisa saja melakukan kebohongan yang lebih buruk dari itu. Tetapi kebohongan-kebohongan kecil tersebut tetap merupakan suatu kesalahan dan tidak ada kebaikan dalam kebohongan yang mereka lakukan. Oleh karena itu mereka dapat disebut jahat.Namun mereka tidak sejahat yang dapat mereka lakukan.

Kerusakan total bukan berarti hilangnya kebaikan relatif
Orang-orang yang belum dilahirkan kembali bukan saja tidak melakukan dosa dengan cara terburuk yang dapat mereka lakukan dan tidak melakukan segala jenis dosa, tetapi mereka juga dapat melakukan kebaikan sampai taraf tertentu. Bila kita benar-benar mengerti maksud dari kata “baik” disini.

Perbuatan “baik” yang sesungguhnya dapat didefiniskan sebagai berikut:
“Hanya perbuatan- perbuatan yang dilakukan dari iman yang sejati, sesuai dengan Hukum Allah, dan bagi Kemuliaan-Nya”.

Jadi ada 3 unsur yang terdapat di dalam perbuatan baik yang sesungguh-sungguhnya, yaitu: Iman yang sejati, kesesuaian dengan hukum Allah, motivasi yang benar.
Sebaliknya , perbuatan baik yang relative bisa memiliki bentuk lahiriah yang benar tetapi tidak bersumber dari iman yang sejati atau tidak dilakukan untuk kemuliaan Allah. Sehingga orang yang belum dilahirbarukan dapat melakukan perbuatan baik yang relative meskipun mereka berada dalam kerusakan total.

Contoh:
Orang yang merampok, namun uang hasil rampokan tersebut dibagikan kepada orang-orang miskin.
Inilah kerusakan total. Manusia tidak dapat memilih Yesus. Manusia bahkan tidak dapat mengambil langkah pertama untuk datang kepada Yesus, kecuali Bapa yang menarik dia. Kerusakan Total ini bersifat universal. “Tidak ada seorangpun” yang dapat datang, demikian Firman Tuhan. Bukan “Sebagian orang yang tidak dapat datang”. Ini menyatakan ketidak mampuan total yang universal. Alkitab memberikan bukti dengan jelas mengenai efek dari permulaan dari karya Roh Kudus:
Pembaharuan hati, kelahiran, penciptaan dan kebangkitan. Istilah-istilah ini menyatakan dengan jelas ketidakmampuan moral manusia yang bersifat total.[5]
Dosa mengubah hidup manusia. dulu hidup itu penuh dengan keenakan dan kepuasan. Manusi ditempatkan didalam taman eden. Sesudah dosa datang manusia harus bekerja dengan susah payah. Didalam faktor-faktor hidup yang tertinggi, kerusakan tampak juga, yaitu: didalam perkawinan, cinta perempuan menjadi kinginan nafsu, hal melahirkan anak menjadi penuh penderitaan, kasih seorang laki laki terhadap istri menjadi keras disebut memerintahkan. Singkatnya hidup yang sempurna menjadi hidup yang penuh kesukaran dan kesusahan.(kej 3:16-19).
Dosa tidak hanya membawa kematian bagi manusia, tetapi juga kehendak untuk melakukan dosa baru. Tidak seorang pun dengan kemauannya sendiri dapat melepaskan diri dari rentetan kejahatan dosa dan kehendak untuk berbuat dosa.[6] Kita percaya, bahwa oleh ketidaktaan Adam dosa turunan sudah menjalar kepada seluruh umat manusia. dosa turunan itu adalah kerusakan seluruh kodrat, dan cacat turunan. Kanak-kanak pun sudah dicemari olehnya, bahkan didalam kandungan ibunya.

Disini kami akan memaparkan beberapa pengakuan iman dan pokok ajaran yang membahas mengenai kerusakan total dari manusia yang telah jatuh dalam dosa.
Pengakuan iman Gereja Belanda
Psl 15
Kita percaya bahwa oleh ketidak taatan Adam dosa turunan sudah menjalar kepada seluruh umat manusia. dosa turunan itu adalah kerusakan seluruh kodrat dan cacat turunan. Kanak-kanakpun sudah dicemari olehnya, bahkan didalam kandungan ibunya. Dosa tersebut menghasilkan didalam manusia bermacam-macam dosa, seolah olah menjadi akarnya didalam dirinya. Oelh karena itu dosa turunan itu sedemikian buruk dan keji dihadapan Allah, sehingga sudah cukup untuk menghukum seluruh umat manusia. bahkan oleh baptisan pun dosa turunan itu di tiadakan, dan akarnya tidak dicabut seluruhnya. Sebab dosa selalu memancar dari dalamnya bagaikan air dari mata air yang mendatangkan celaka. Meskipun demikian kepada anak anak Allah dosa turunan itu tidak diperhitungkan menjadi sebab penghukuman,  tetapi diampuni, oleh rahmat dan kemurahan hati Allah, bukan supaya mereka bisa tertidur dan sentosa ditengah-tengah dosa, melainkan supayakesadaran akan kerusakan itu membuat orang percaya seringkali berkeluh dan berkeinginan supaya dilepaskan dari tubuh maut. Dalam hal ini kita menolak ajaran sesat kaum Pelagius, yang menyatakan bahwa dosa itu adalah tiruan semata-mata.[7]

Pasal pasal ajaran dordrecht
1.      Pada mulanya manusia diciptakan menurut gambar Allah dan diberi perlengkapan yang serbah indah: dalam akal budinyaterdapat pengetahuan yang benar dan menyelamatkan tentang penciptanya serta tentang hal-hal rohani; dalam kehendak dan hatinya, kebenaran: dalam semua perasaan hatinya, kemurnian. Maka ia sepenuhnya kudus. Tetapi oleh hasutan iblis dan kehendak bebasnya sendiri ia telah menyimpang dari Allah dan membuang karunia-karunia ulung itu. Dan sebagai gantinya  manusia telah mendapatkan bagi dirinya: kebutaan, kegelapan yang mengerikan, pertimbangan yang bebal dan jahat dalam akal budinya; kekejian, pemberontakan, dan ketegaran dalam kehendak hatinya; lagi pula ketidak murnian dalam semua persaan hatinya.[8]

Pengakuan iman westminster (1647)
Bab VI. Kejatuhan manusia, dosa, dan hukuman atas dosa itu
2.      Oleh dosa itu mereka jatuh  sehingga kehilangan kebenaran mereka yang semula dan persekutuan dengan Allah. Dengan demikian mereka mati dalam dosa dan sama sekali  tercemar dalam  segala bakat  serta bagian jiwa dan tubuh mereka.
3.      Oleh karena mereka adalah cikal bakal seluruh umat manusia maka kesalahan yang disebabkan oleh dosa ini dianggap sebagai kesalahan seluruh keturunannya, yang berasal dari mereka karena diperanakan dengan cara yang biasa, dan kematian dalam dosa dan kodrat yang rusak itu diteruskan kepada mereka ini.[9]


C.     Bab II PENYEBAB KERUSAKAN TOTAL

Penyebab tunggal kerusakan total( total depravity) adalah dosa. Pertanyaan mengenai apa itu dosa dan dari mana sumbernya, mendapat berbagai macam jawaban atau pandangan.Baik itu yang bersumber dari Alkitab maupun diluar Alkitab.
Menurut Stephen Tong, Dosa adalah tempat dimana kemuliaan tidak hadir. Gelap adalah tempat dimana terang tidak hadir. Jahat adalah dimana kebajikan tidak mencapainya. Pada waktu hujan turun dengan begitu deras dari langit, mengapa di tanah adatempat yang kering tidak kena hujan? Pada saat cahaya matahari bersinar begitu terik dan terang, mengapa ada gudang yang begitu gelap? Kareana sinar matahari di tempat itu. Kegelapan itu bukanlah suatu realitas yang seimbang dengan terang. Kegelapan adalah kekurangan atau ketiadaan cahaya. Dosa adalah kekurangan kemuliaan.[10]Menurut origen jiwa-jiwa manusia sudah berdosa dalam masa praeksistensi, dan ketika jiwa  itu masuk kedalam dunia, maka jiwa itu sudah berdosa.[11]
Kant menganggap kejahatan berada pada keadaan diatas kesadaran yang tak dapat diterangkannya. Bagi Leibniz kejahatan berkenaan dengan keterbatasan alam semesta. Schleiermacher berpendapat bahwa dosa asal berada didalam natur manusia yang berindra, dan Ritschl mengatakan bahwa kejahatan berkenaan dengan ketidaktahuan manusia, sedangkan para evolusi menganggap kejahatan sebagai pertentangan dari sifat-sifat yang masih rendah terhadap kesadaran moral yang sudah lebih berkembang. Bart mengatakan bahwa asal mula dosa sebagai suatu misteri dari predestinasi.[12]  Pendapat para ahli ini tidak sepenuhnya benar, pandangan mereka yang keliru menunjukan bahwa manusia tidak dapat menerangkan pengertian dosa berdasarkan akal atau pengetahuannya, karena keberdosaan itulah manusia tidak dapat mengerti sepenuhnya akan misteri dari dosa. Tetapi Alkitab memberikan gambaran walaupun tidak sepenuhnya lengkap akan dosa.
SUMBER DOSA  
Ada jawaban yang mengatakan bahwa sumber dosa itu adalah benda. Pada mulaya adalah Allah dan benda, keduanya berdiri sendiri-sendiri dan tidak ada sangkut pautnya. Allah adalah sumber dari kebaikan sedangkan benda adalah sumber dari kejahatan. Allah adalah roh, benda berlawanan dengan roh. Dari roh itu ada pecahan-pecahan(gumpalan) yang jahat dalam benda, inilah yang menjadi manusia.Roh didalam manusia dibelenggu didalam benda. Roh menghendakiyang baik, benda terus menarik ke bawah. Pandangan ini terdapat dalam aliran kristen yang kuno, yaitu gnostik. Gnostik berasal dari perkataan gnosis(pengetahuan).[13]
Dosa Adam didapati disemua keturunannya. Semua manusia mati secara rohani sebagai akibat dari dosa adam. Dosa (dosa warisan) diturunkan melalui perkembangbiakan secara alami umat manusia. ketika benih laki-laki membuahi benih perempuan, perempuan itu juga di buahi oleh “benih” dosa. Dengan cara ini setiap bayi di cemari dengan benih Dosa sejak ia berada di dalam kandungan[14]. Dosa warisan telah disangkal oleh banyak orang. Menurut mereka, manusia dilahirkan kedalam dunia seperti selembar kertas putih yang kosong (latin = tabula rasa) dosa hanya  di perbuat karena meniru tindakan orang lain(Pelagius). Dosa dipelajari dari orang lain dan bukan merupakan akibat benih dosa yang hidup dalam hati orang itu sendiri.[15]
Pengertian bahwa Allah adalah pencipta yang bertanggung jawab atas dosa dalam dunia tidak perna disebutkan dalam Alkitab. “jaulah dari pada Allah untuk melakukan kefasikan, dan daripada yang maha kuasa untuk berbuat curang.” (Ayub 34:10). Ia adalah Allah yang kudus (Yesaya 6:3) dan sama sekali tidak ada ketidakbenaran didalam Dia (Ul 32:4 Mzr 92:16) “sebab Allah tidak dapa di cobai yang jahat dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun” (Yak1:13).  Dosa manusia segera merambat pada seluruh manusia dan seluruh naturnya tidak ada yang tidak tersentuh oleh dosa; seluruh tubuh dan jiwanya menjadi dicemari dosa. Kerusakan manusia jelas dikatakan oleh Alkitab, misalnya dalam kej 6:5 Mzr 14::3; Rom 7:18. Kerusakan total disini bukanlah berarti bahwa natur manusia telah rusak  serusak rusaknya. Dalam kehendak kerusakan ini menyatakan dirinya sebagai ketidak mampuan spritual.[16] 
Kita bisa mengatakan bahwa perbuatan dosa bersumber dari kehendak berdosa, tetapi darimanakah asalnya kehendak berdosa ini? bagaimana kehendak yang tidak berdosa bisa mulai menghendaki dosa? Agustinus menyatakan hal ini dengan baik:
“jadi janganlah kiranya seorangpun mencari penyebab efisien dari kehendak jahat; karena sebab itu bukanlah efisien, melainkan defisien....maka, untuk menemukan penyebab dari berbagai penyimpangan ini-penyebab yang bukan, melainkan defisien, adalah seperti orang yang berupaya untuk melihat kegelapan dan mendengar kesenyapan.[17]
D.     Bab III DAMPAK KERUSAKAN TOTAL


 Dampak kerusakan total bagi  hubungan  manusia dengan Allah
Dosa mengakibatkan perubahan yang segera dalam hubungan Adam  dan hawa dengan Allah. Sebelumnya jelas Adam dan hawa berhubungan akrab dan mesra sekali dengan Allah. Mereka percaya kepadanya serta menaatinya, dan berlandaskan pada kejadian 3:8 dapat disimpulkan bahwa mereka bersekutu dengan Allah. Namun kini semuanya telah berubah. Sebagai akibat perbuatan mereka melangar kepercayaan dan perintah Allah, mereka telah menempatkan diri pada sisi yang salah dari Allah, dan sebenarnya telah menjadi seteru Allah.[18] Dalam kasus Adam dan hawa kepercayaan, kasih, keyakinan, serta keakraban hubungan diganti dengan menjadi ketakutan, kengerian, serta usaha untuk mengelak Allah.
Akibat lain dari dosa yang mempengaruhi hubungan  manusia dengan Allah adalah kesalahan. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan kesalahan, akan berguna untuk mengulas dua kata yang sering terbit dalam definisi orang tentang dosa yaitu “buruk” dan “salah”. Kata buruk mempunyai banyak pengertian misalnya kata ini berarti tidak sempurna, cacat tidak memadai, atau tidak cukup.[19] Suatu keharusan untuk menganggap dosa dan kesalahan dalam kategori metafisik[20] apabila kita mau mengerti akibatnya yang besar terhadap hubungan kita dengan Allah dan juga atas seluruh alam semesta Allah adalah yang maha tinggi, kita adalah ciptaanya.





Dampak  kerusakan total atas atas sifat manusia
      Ketika Adam dan Hawa baru saja diciptakan, mereka bukan saja tidak bersalah, tetapi mereka juga kudus. Mereka tidak memilki sifat yang berdosa. Kini mereka merasa malu, hina, dan tercemar. Ada sesuatu yang harus mereka sembunyikan. Mereka telanjang dan tidak dapat tampil dihadapan Allah dalam keadaan keji. Allah telah berfirman mengenai pohon itu “ Pada hari engkau memakannya pastilah engkau mati.” (kej 2:17). Kematian disini pertama tama adalah kematian rohani yaitu terpisah hubungan yang baik antara manusia dengan Allah. Kematian rohani ini tidak hanya berarti  bahwa manusia tidak mampu menyenangkan hati Allah, tetapi juga bahwa sifat manusia sudah tercemar. (roma 5:12).
     
Dampak kerusakan total  atas tubuh manusia
      Ketika mengatakan bahwa sebagai ketidaktaatan manusia ”pasti akan mati” Allah memaksudkan tubuh mereka juga. Allah berfirmn kepad Adam “sebab engkau debu dan akan  kembali menjadi debu.  Ketika menulis bahwa “.... dosa telah masuk kedalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut” (Roma 5:12), Paulus mencantumkan konsepsi kematian yang menyeluruh : fisik dan rohani, dan abadi.
 Dampak kerusakan total terhadap lingkungan                  
            Kita membaca dalam Alkitab bahwa ular itu terkutuk “diantara segala ternak dan diantara segala binatang dihutan” (kej.3:14) jelaslah bahwa semua hewan ikut menderita akibat dosa Adam. Allah berfirman “...terkutuklah tanah karena engkau, dan dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak dan duri  dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan dipadang akan menjadi makananmu, dengan berpeluh engkau mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah” (kej.3:17-19),. Adam dan Hawa diusir dari taman itu dan dipaksa untuk berusaha sendiri didalam dunia yang terkutuk. Pada mulanya mereka berada dalam lingkungan yang paling indah dan sempurna; kini terpaksa mereka harus tinggal dalam lingkungan yang tidak sempurna dan ganas. Lingkungan mereka jelas berubah karena dosa.[21]





Kerusakan total dalam pengertian negatif

a.      Manusia tidak dapat melakukan kebaikan
Dosa membuat manusia tidak dapat melakukan kebaikan yang berkenan kepada Allah. Manusia dapat melakukan kebaikan tertapi yang bersifat relatif, seperti yang sudah kami paparkan di atas.(ayat-ayat pendukung: Mat.7:17-18, I Kor. 12:3, Yoh. 15:4-5, Rom. 8:7-8

b.      Manusia tidak dapat memahami kebaikan
Manusia bukan saja tidak mampu melakukan kebaikan, ia bahkan tidak ampu memahami kebaikan, hanya setelah Tuhan membukakan hatinya barulah orang tersebut dapat mengerti. ((ayat-ayat pendukung: Kis 16:14, Ef 4:18, II Kor 3:12-18, Yoh 1:11.
c.       Manusia tidak dapat menginginkan kebaikan
Manusia bukan saja tidak mampu melakukan kebaikan , dan tidak mampu memahami kebaikan, bahkan lebih buruk lagi yaitu manusia tidak dapat menginginkan kebaikan. Hal ini merupakan bagian yang terburuk dari kerusakan total alamiah dari manusia. Ketidak mampuan menginginkan yang baik, khususnya menginginkan Yesus Kristus, dinyatakan dengan tegas oleh Tuhan Yesus (Mat 7 :18 ; Yoh 3:3; 8:43; 15:4-5) dan Yoh 6:44, Yoh 6:65.

E.     Bab IV KESIMPULAN

      Kejatuhan manusia pertama kedalam dosa tidak terjadi diluar izin ketetapan Allah. Allah tidak meyebabkan manusia jatuh, tetapi Ia mengizinkannya. Hal ini menimbulkan pertanyaan yang sulit. Bagaimana Allah mengizinkan hal-hal yang bertentangan dengan kehendaknya?Agustinus berkata :
Makna dari pernyataan, karya karya Allah adalah agung, segalah tindakan kehendaknya dipertimbangkan dengan baik” adalah bahwa didalam cara yang ganjil dan tak terungkapkan, bahkan hal yang bertentangan dengan kehendaknya tidak akan terjadi tanpa kehendaknya. Jadi, dosa bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi tidak perna berada diluar atau melampaui kehendak Allah. Allah mengizinkan kejatuhan terjadi karena didalam kemahakuasaanya. Ia bisa mendatangkan kebaikan bahkan dari kejahatan.tetapi fakta bahwa dosa manusia tidak terjadi diluar kehendak Allah, tidak bisa dijadikan dalil dan tidak bisa juga dipakai untuk menjelaskan dosa. Dosa akan selalu merupakan teka-teki.[22]
Perasaan malu merupakan tanggapan langsung dari hati nurani yang bersalah. Adam dan hawa sadar bahwa mereka telah melakukan kesalahan, dan oleh karenanya mereka berusaha untuk menutupi diri dengan menyamat daun ara. Perasaan malu yang terpusat pada bagian tubuh yang ditandai oleh organ-organ kelahiran memiliki makna yang dalam, yaitu bahwa manusia secara ingstingtif [23]merasa bahwa  bahkan asal dan sumber dari kehidupannya, telah tercemar oleh dosa. Akibat berikut dari dosa pertama adalah rasa takut. Laki laki dan istrinya itu bersembunyi dari Allah; ketika Allah memanggil, Dimanakah engkau? Adam menjawab “aku menjadi takut” (kej 3:10). Kesadaran bahwa mereka bersalah menimbulkan rasa takut, takut akan apa yang mungkin Allah perbuat terhadap mereka sebagai hukuman atas dosa mereka.
Bersamaan dengan rasa takut munculah pengelakan tanggung jawab. Yang Adam katakan kepada Allah adalah “aku menjadi takut karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi, yang seharusnya ia katakan adalah ia merasa takut karena ia tahu ia telah bersalah, tetapi sebaliknya ia berusaha untuk menutupi kesalahannya. Adam mengelak dan menyalakan hawa yang pada akhirnya menyalahkan ular. Baik Adam maupun hawa tak bersedia memikul tanggung jawab atas kesalahan akibat dosa pertama ini.
Satu pertanyaan yang penting dan begitu menarik dikalangan ahli teologi untuk di bahas adalah”Bagaimana mungkin manusia yang hidup kudus jatuh dalam dosa”?
Sekalipun jawaban untuk pertanyaan ini mungkin melampaui pengertian manusia dan tidak akan pernah dapat dijawab oleh manusia, ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan
1.      Adam dan hawa diciptakan sebagai mahkluk yang bebas, serta tanpa dosa, dengan kemampuan untuk berbuat dosa dan tidak berbuat dosa.
2.      Pencobaan yang dialami oleh pasangan manusia ini berbedah dari pencobaan yang dialami oleh iblis, karena pencobaan manusia berasal dari luar diri mereka; iblis yang menggoda untuk berbuat dosa.
3.      Sekalipun godaan itu berasal dari luar dirinya, adam sendiri telah mengambil keputusan utnuk tidak menaati Allah dia dianggap untuk bertanggun jawab atas dosa.
4.      Bagaimana dorongan yang berdosa dapat terbit didalam jiwa mahkluk yang kudus yang tak berdosa merupakan masaalah yang melampaui pengertian kita. Salah satunya penjelasan yang memuaskan adalah manusia jatuh karena kemauannya sendiri untuk memutuskan memberontak terhadap Allah.

Bagaimana mungkin Allah yang adil dapat bertindak secara adil ketika membiarkan manusia dicobai?
1.      Perlunya suatu masa percobaan.
Allah telah memberikan kepada manusia kemampuan untuk memilih yang memungkinkan manusia untuk menolak dengan kehendak Allah yang sudah diketahuinya.memang manusia diciptakan dengan kecenderungan untuk tunduk kepada Allah. Namun karena ia memiliki kemampuan untuk memilih yang sebaliknya, maka kecenderungan ini akan diperkuat apabil ia dengan tegas memilih untuk patuh kepada Allah, sedangkan ia mempunyai kesempatan untuk memilih sebaliknya.
2.      Perlu adanya seorang penggoda
Iblis jatuh tanpa godaan dari luar, iblis berbuat dosa dengan sengaja, didorong oleh ambisi yang tidak sehat. Seandainya manusia jatuh tanpa ada penggodanya, maka itu berarti manusia menciptakan dosanya sendiri.
3.      Kemungkinan menolak godaan kepada  Allah
Didalam pencobaan itu sendiri, sama sekali tidak ada kekuatan yang dapat memaksa manusia untuk berbuat dosa. Kemampuan manusia untuk memilih taat kepada Allah sebesar kemampuannya untuk tidak taat kepada Allah.[24]

Karena semua orang telah berdosa dan telah kehilangan(kekurangan) kemuliaan Allah dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan Cuma-Cuma karena penebusan dalam Krisstus Yesus. Roma 3 : 23-24)
jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri sendiri dan kebenaran tidak ada didalam kita. Jika kita mengaku Dosa kita maka ia adalah setia dan adil, sehingga ia akan mengampuni segalah dosa kita dan menyucikan kita dari segalah kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada didalam kita. (1 yoh. 1:8-10). Solideo Gloria






Daftar Pustaka
-Alkitab
-Berkhof, louis, Teologi Sistematika, Doktrin Manusia, Surabaya: Momentum 2011
-Dr.Berkof,H.*Dr.Enklar,I, Sejarah Gereja,Jakarta: Bpk 2009
-Thiesen, Henry c, Teologi Sistematika, Malang: Gandum Mas 2003
-Hoekema, Anthony, Manusia: Ciptaan menurut Gambar Allah, Surabaya: Momentum 2010
-  Erickson, Miliar J, Teologi Kristen, malang: Gandum Mas, 2003
-  Tong, Stephen, Yesus Kristus Juruselamat Dunia,  surabaya: Momentum 2005
- Dr. Sudarmo,R, Iktisar Dogmatika, Jakarta: Bpk Gunung Mulia 2002
-  Van Den End, Th, Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, jakarta Bpk Gunung Mulia 2004
- Berkhof, louis, Teologi Sistematika, Doktrin Keselamatan, Surabaya: Momentum
-  Lohse, Bernhard , Pengantar Sejarah Dogma Kristen, Jakarta: Bpk Gunung Mulia 2011
-  Palmer Edwin, Lima Pokok Calvinisme, surabaya: Momentum  2011


Sumber lain  sebagai bahan perbandingan:









[1] Dr.H.Berkhof * Dr.I.H.Enklar, Sejarah Gereja (Jakarta, Bpk Gunung Mulia, 2009) Hlm. 68-69
[2] Anthony A. Hoekema, Manusia: ciptaan menurut Gambar Allah, (surabaya, Momentum, 2010), Hlm. 129
[3] Edwin Palmer, Lima Pokok Calvinisme, (surabaya: momentum, 2011) hlm. 9-10
[4] .Ibid. Hlm.2
[6] Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2011), hal. 142
[7] Th. Van Den End, Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, (jakarta, Bpk Gunung Mulia, 2004), Hlm. 31-32
[8] .Ibid. Hlm. 73
[9] Ibid. Hlm. 104
[10] . Stephen Tong, Yesus Kristus Kuruselamat Dunia, ( surabaya, momentum 2005), Hlm 45-46
[11] Louis  Berkhof, Teologi Sistematika Vol.IV (surabaya, momentum 2011), Hlm 86
[12] .Ibid Hlm. 87
[13] Dr. R. Sudarmo, Iktisar Dogmatika, ( Jakarta:Bpk Gunung Mulia, 2002
[14] .Ibid hlm 21
[15] .Ibid hlm 23
[16]. Ibid Hlm. 100
[17] Anthony A. Hoekema, Manusia: menurut gambar Allah (surabaya, Momentum, 2010) Hlm.168
[18] Miliar J. Erickson, Teologi Kristen, (malang, Andum Mas, 2003), Hlm. 212
[19] .Ibid. Hlm. 217-218
[20] Berkenaan dengan hal-hal non fisik atau tidak kelihatan
[21] Henry C. Thiensen, Teologi Sistematika, (Malang, Gandum Mas: 2003) Hlm. 282
[22] Ibid. Hlm. 169
[23] Menurut ingsting (naluri)
[24] Henry C. Thiessen, Teologi sistematika, (Malang: Gandum Mas, 2003), Hlm.270-271

Tidak ada komentar:

Posting Komentar