Total Devrafity (Kerusakan Total)
Disusun oleh: Samuel Diati
A. PENDAHULUAN
Sesuatu hal jika diawali dengan kebenaran, maka,
selanjutnya kebenaran itu akan selalu konsisten dengan awal dari kebenaran itu.
Banyak orang memulai sesuatu dengan hal yang salah sehingga pada akhirnya
terjadi kesimpangsiuran dan terus berusaha mempertahankan kesalahannya.
Begitupun yang terjadi dalam dunia teologi. Pemahaman yang keliru akan firman
Tuhan akan menyebabkan doktrin yang salah, begitupun sebaliknya. Perdebatan
Augustinus (354-430) dan pelagius tentang dosa membuahkan dua pengertian yang
berbeda diantara mereka.
Augustinus
berpendapat bahwa, kejatuhan manusia kedalam dosa menyebabkan kerusakan natur
manusia itu sendiri, sehingga manusia tidak dapat lagi berbuat apa yang baik
menurut kehendak Allah( Roma 3:23). Tetapi menurut pelagius, kejatuhan manusia kedalam
dosa tidak membuat manusia kehilangan
kehendak bebas. Tiap tiap manusia lahir dengan tidak bercacat sama seperti Adam
di firdaus. Jadi dosa turunan tidak diakuinya. Duduknya dosa bukan didalam
tabiat manusia, melainkan dalam kehendaknya. Tiap kali kalau manusia berbuat
jahat itulah manusia berdosa. Dosa tidak diwariskan turun temurun, tetapi
teladan Adam yang jahat itu ditiru oleh
anak-anaknya.[1]
Sungguhpun demikian banyak juga orang dalam gereja yang berkeberatan terhadap
teologi Augustinus.
Di Gallia
selatan timbul ajaran dari orang semi(setengah)
pelagian, yang mencari suatu jalan kompromi supaya moralisme Kristen dapat
dipertahankan. Kata mereka: oleh jatuhnya Adam kehendak manusia hanya
dilemahkan saja, sehingga manusia dapat berbuat baik lagi. Ia tidak mati (Augustinus)
dan tidak pula sehat (Pelagius), melainkan sakit. Kehendak manusia yang bebas
harus menerima pertolongan ini, supaya dengan demikian manusia dengan Allah
boleh bekerja bersama-sama sampai keselamatan itu diperoleh(inilah ajaran
sinergisme). Pandangan ini di pegang oleh golongan Arminian, yang juga
mengalami suatu perdebatan yang serius
dengan pemegang teologi Augustinus yaitu
Calvinisme. Pertentangan antara Arminianisme dengan calvinisme secara esensial
terletak pada apakah kehendak manusia turut menentukan selamat tidaknya
manusia. penganut Armenian mengakui secara (pasif) adanya kehendak manusia
yang turut menentukan. Sebaliknya
penganut calvinis menolak adanya kehendak manusia. manusia tidak bisa mencapai
keselamatan, hanya anugrah Allah.Reaksi pengikut calvin melalui sidangnya di
Dordrecht (1618-1619) memberikan lima dasar untuk melawan para pengikut
armenius. Kelima pokok dasar itu lebih dikenal dengan sebutan TULIP. Dalam
bagian ini kami akan membahas mengenai salah satu dari kelima pokok dasar
tersebut yaitu, TOTAL DEPRAVITY ( Kerusakan Total).
B. Bab
I Pengertian Total Depravity (kerusakan total)
Kerusakan total adalah sebuah
istilah yang sering di salah mengerti. Secara negatif, konsep ini tidak berarti
bahwa (1) setiap orang menjadi rusak setotal yang bisa dimungkinkan (2) orang
yang belum lahir baru tidak memiliki
hati nurani yang dengannya mereka bisa membedahkan yang baik dan yang
jahat (3) orang yang belum lahir baru pasti akan berkubang didalam setiap
bentuk kejahatan yang bisa dibayangkan(4) orang yang belum lahir baru tak mampu
melakukan tindakan-tindakan yang baik dan bermanfaat didalam pandangan orang
lain. Karena orang sering salah mengerti tentang kerusakan total maka Anthony Hoekema lebih memilih istilah
kerusakan pervasif. Yang berarti 1. Kerusakan akibat dosa asal menjangkau
setiap aspek natur manusia: termasuk rasio, kehendak bebas, selera dan
dorongan-dorongannya. 2. Secara natur tidak ada kasih kepada Allah didalam diri
manusia sebagai prinsip yang memotifasi hidupnya.[2]
Cara lain untuk menjelaskan
kerusakan total adalah dengan menyebutnya ketidakmampuan total, pada umumnya
banyak orang lebih menyukai istilah ini daripada kerusakan total, karena
kerusakan total memberi kesan bahwa manusia telah menjadi seburuk yang
dimungkinkan. Istilah ini menyarankan bahwa keberdosaan manusia adalah lebih
merupakan adanya kekurangan pada manusia dari pada suatu karakteristikyang
positif. Tetapi istilah ini berguna untuk menjelaskan fakta mengenai
ketidakmampuan manusia untuk melakukan, memahami, atau bahkan menginginkan
kebaikan.[3]
seseorang yang mengalami kerusakan total
bukan berarti bahwa kejahatan dalam dirinya sudah mencapai intensitas atau
derajat yang maksimal, melainkan bahwa kejahatan dalam dirinya telah mencapai
ekstensitas luas cakupan yang maksimal.Kerusakan total bukan berarti ia tidak
dapat menjadi lebih jahat, melainkan bahwa tidak ada satupun perbuatannya yang
baik. Kejahatan meresapi setiap kemampuan jiwanya dan setiap bidang
kehidupannya. Ia tidak mampu melakukan
satu hal pun yang baik.[4] Dalam pengertian bahwa kerusakan total disini
bukan berarti keburukan / kebobrokan manusia sudah mencapai taraf yang maksimal
- bahwa manusia sudah menjadi sejahat yang dapat dilakukan olehnya, kurang
lebih seperti Iblis.Jadi kerusakan total bukan berarti ia tidak dapat menjadi
lebih jahat lagi, melainkan bahwa tidak ada satupun perbuatannya yang baik. Karena
Dosa telah merusak setiap aspek kehidupannya.
Sebagai contoh: Anak-anak yang melakukan kebohongan-kebohongan kecil, namun mereka bisa saja melakukan kebohongan yang lebih buruk dari itu. Tetapi kebohongan-kebohongan kecil tersebut tetap merupakan suatu kesalahan dan tidak ada kebaikan dalam kebohongan yang mereka lakukan. Oleh karena itu mereka dapat disebut jahat.Namun mereka tidak sejahat yang dapat mereka lakukan.
Sebagai contoh: Anak-anak yang melakukan kebohongan-kebohongan kecil, namun mereka bisa saja melakukan kebohongan yang lebih buruk dari itu. Tetapi kebohongan-kebohongan kecil tersebut tetap merupakan suatu kesalahan dan tidak ada kebaikan dalam kebohongan yang mereka lakukan. Oleh karena itu mereka dapat disebut jahat.Namun mereka tidak sejahat yang dapat mereka lakukan.
Kerusakan
total bukan berarti hilangnya kebaikan relatif
Orang-orang
yang belum dilahirkan kembali bukan saja tidak melakukan dosa dengan cara
terburuk yang dapat mereka lakukan dan tidak melakukan segala jenis dosa,
tetapi mereka juga dapat melakukan kebaikan sampai taraf tertentu. Bila kita
benar-benar mengerti maksud dari kata “baik” disini.
Perbuatan “baik” yang sesungguhnya dapat didefiniskan sebagai berikut:
“Hanya perbuatan- perbuatan yang dilakukan dari iman yang sejati, sesuai dengan Hukum Allah, dan bagi Kemuliaan-Nya”.
Jadi ada 3 unsur yang terdapat di dalam perbuatan baik yang sesungguh-sungguhnya, yaitu: Iman yang sejati, kesesuaian dengan hukum Allah, motivasi yang benar.
Sebaliknya , perbuatan baik yang relative bisa memiliki bentuk lahiriah yang benar tetapi tidak bersumber dari iman yang sejati atau tidak dilakukan untuk kemuliaan Allah. Sehingga orang yang belum dilahirbarukan dapat melakukan perbuatan baik yang relative meskipun mereka berada dalam kerusakan total.
Contoh:
Orang yang merampok, namun uang hasil rampokan tersebut dibagikan kepada orang-orang miskin.
Perbuatan “baik” yang sesungguhnya dapat didefiniskan sebagai berikut:
“Hanya perbuatan- perbuatan yang dilakukan dari iman yang sejati, sesuai dengan Hukum Allah, dan bagi Kemuliaan-Nya”.
Jadi ada 3 unsur yang terdapat di dalam perbuatan baik yang sesungguh-sungguhnya, yaitu: Iman yang sejati, kesesuaian dengan hukum Allah, motivasi yang benar.
Sebaliknya , perbuatan baik yang relative bisa memiliki bentuk lahiriah yang benar tetapi tidak bersumber dari iman yang sejati atau tidak dilakukan untuk kemuliaan Allah. Sehingga orang yang belum dilahirbarukan dapat melakukan perbuatan baik yang relative meskipun mereka berada dalam kerusakan total.
Contoh:
Orang yang merampok, namun uang hasil rampokan tersebut dibagikan kepada orang-orang miskin.
Inilah kerusakan total. Manusia tidak dapat memilih Yesus. Manusia bahkan
tidak dapat mengambil langkah pertama untuk datang kepada Yesus, kecuali Bapa
yang menarik dia. Kerusakan Total ini bersifat universal. “Tidak ada
seorangpun” yang dapat datang, demikian Firman Tuhan. Bukan “Sebagian orang
yang tidak dapat datang”. Ini menyatakan ketidak mampuan total yang universal. Alkitab
memberikan bukti dengan jelas mengenai efek dari permulaan dari karya Roh
Kudus:
Pembaharuan hati, kelahiran, penciptaan dan kebangkitan. Istilah-istilah ini menyatakan dengan jelas ketidakmampuan moral manusia yang bersifat total.[5]
Pembaharuan hati, kelahiran, penciptaan dan kebangkitan. Istilah-istilah ini menyatakan dengan jelas ketidakmampuan moral manusia yang bersifat total.[5]
Dosa mengubah hidup manusia. dulu hidup itu penuh
dengan keenakan dan kepuasan. Manusi ditempatkan didalam taman eden. Sesudah dosa
datang manusia harus bekerja dengan susah payah. Didalam faktor-faktor hidup
yang tertinggi, kerusakan tampak juga, yaitu: didalam perkawinan, cinta
perempuan menjadi kinginan nafsu, hal melahirkan anak menjadi penuh
penderitaan, kasih seorang laki laki terhadap istri menjadi keras disebut
memerintahkan. Singkatnya hidup yang sempurna menjadi hidup yang penuh
kesukaran dan kesusahan.(kej 3:16-19).
Dosa
tidak hanya membawa kematian bagi manusia, tetapi juga kehendak untuk melakukan
dosa baru. Tidak seorang pun dengan kemauannya sendiri dapat melepaskan diri
dari rentetan kejahatan dosa dan kehendak untuk berbuat dosa.[6]
Kita percaya, bahwa oleh ketidaktaan Adam dosa turunan sudah menjalar kepada
seluruh umat manusia. dosa turunan itu adalah kerusakan seluruh kodrat, dan
cacat turunan. Kanak-kanak pun sudah dicemari olehnya, bahkan didalam kandungan
ibunya.
Disini kami akan memaparkan beberapa pengakuan iman
dan pokok ajaran yang membahas mengenai kerusakan total dari manusia yang telah
jatuh dalam dosa.
Pengakuan iman Gereja Belanda
Psl 15
Kita percaya bahwa oleh ketidak
taatan Adam dosa turunan sudah menjalar kepada seluruh umat manusia. dosa
turunan itu adalah kerusakan seluruh kodrat dan cacat turunan. Kanak-kanakpun
sudah dicemari olehnya, bahkan didalam kandungan ibunya. Dosa tersebut
menghasilkan didalam manusia bermacam-macam dosa, seolah olah menjadi akarnya
didalam dirinya. Oelh karena itu dosa turunan itu sedemikian buruk dan keji
dihadapan Allah, sehingga sudah cukup untuk menghukum seluruh umat manusia.
bahkan oleh baptisan pun dosa turunan itu di tiadakan, dan akarnya tidak
dicabut seluruhnya. Sebab dosa selalu memancar dari dalamnya bagaikan air dari
mata air yang mendatangkan celaka. Meskipun demikian kepada anak anak Allah
dosa turunan itu tidak diperhitungkan menjadi sebab penghukuman, tetapi diampuni, oleh rahmat dan kemurahan
hati Allah, bukan supaya mereka bisa tertidur dan sentosa ditengah-tengah dosa,
melainkan supayakesadaran akan kerusakan itu membuat orang percaya seringkali
berkeluh dan berkeinginan supaya dilepaskan dari tubuh maut. Dalam hal ini kita
menolak ajaran sesat kaum Pelagius, yang menyatakan bahwa dosa itu adalah
tiruan semata-mata.[7]
Pasal pasal ajaran dordrecht
1.
Pada
mulanya manusia diciptakan menurut gambar Allah dan diberi perlengkapan yang
serbah indah: dalam akal budinyaterdapat pengetahuan yang benar dan
menyelamatkan tentang penciptanya serta tentang hal-hal rohani; dalam kehendak
dan hatinya, kebenaran: dalam semua perasaan hatinya, kemurnian. Maka ia
sepenuhnya kudus. Tetapi oleh hasutan iblis dan kehendak bebasnya sendiri ia
telah menyimpang dari Allah dan membuang karunia-karunia ulung itu. Dan sebagai
gantinya manusia telah mendapatkan bagi
dirinya: kebutaan, kegelapan yang mengerikan, pertimbangan yang bebal dan jahat
dalam akal budinya; kekejian, pemberontakan, dan ketegaran dalam kehendak
hatinya; lagi pula ketidak murnian dalam semua persaan hatinya.[8]
Pengakuan iman westminster (1647)
Bab VI. Kejatuhan manusia, dosa,
dan hukuman atas dosa itu
2.
Oleh
dosa itu mereka jatuh sehingga
kehilangan kebenaran mereka yang semula dan persekutuan dengan Allah. Dengan
demikian mereka mati dalam dosa dan sama sekali
tercemar dalam segala bakat serta bagian jiwa dan tubuh mereka.
3.
Oleh
karena mereka adalah cikal bakal seluruh umat manusia maka kesalahan yang
disebabkan oleh dosa ini dianggap sebagai kesalahan seluruh keturunannya, yang
berasal dari mereka karena diperanakan dengan cara yang biasa, dan kematian
dalam dosa dan kodrat yang rusak itu diteruskan kepada mereka ini.[9]
C. Bab
II PENYEBAB KERUSAKAN TOTAL
Penyebab
tunggal kerusakan total( total depravity) adalah dosa. Pertanyaan mengenai apa
itu dosa dan dari mana sumbernya, mendapat berbagai macam jawaban atau
pandangan.Baik itu yang bersumber dari Alkitab maupun diluar Alkitab.
Menurut Stephen Tong, Dosa adalah tempat dimana
kemuliaan tidak hadir. Gelap adalah tempat dimana terang tidak hadir. Jahat
adalah dimana kebajikan tidak mencapainya. Pada waktu hujan turun dengan begitu
deras dari langit, mengapa di tanah adatempat yang kering tidak kena hujan?
Pada saat cahaya matahari bersinar begitu terik dan terang, mengapa ada gudang
yang begitu gelap? Kareana sinar matahari di tempat itu. Kegelapan itu bukanlah
suatu realitas yang seimbang dengan terang. Kegelapan adalah kekurangan atau
ketiadaan cahaya. Dosa adalah kekurangan kemuliaan.[10]Menurut
origen jiwa-jiwa manusia sudah berdosa dalam masa praeksistensi, dan ketika
jiwa itu masuk kedalam dunia, maka jiwa
itu sudah berdosa.[11]
Kant menganggap kejahatan berada pada keadaan diatas
kesadaran yang tak dapat diterangkannya. Bagi Leibniz kejahatan berkenaan
dengan keterbatasan alam semesta. Schleiermacher berpendapat bahwa dosa asal
berada didalam natur manusia yang berindra, dan Ritschl mengatakan bahwa kejahatan
berkenaan dengan ketidaktahuan manusia, sedangkan para evolusi menganggap
kejahatan sebagai pertentangan dari sifat-sifat yang masih rendah terhadap
kesadaran moral yang sudah lebih berkembang. Bart mengatakan bahwa asal mula
dosa sebagai suatu misteri dari predestinasi.[12] Pendapat para ahli ini tidak sepenuhnya benar,
pandangan mereka yang keliru menunjukan bahwa manusia tidak dapat menerangkan
pengertian dosa berdasarkan akal atau pengetahuannya, karena keberdosaan itulah
manusia tidak dapat mengerti sepenuhnya akan misteri dari dosa. Tetapi Alkitab
memberikan gambaran walaupun tidak sepenuhnya lengkap akan dosa.
SUMBER
DOSA
Ada jawaban yang mengatakan bahwa sumber dosa itu
adalah benda. Pada mulaya adalah Allah dan benda, keduanya berdiri
sendiri-sendiri dan tidak ada sangkut pautnya. Allah adalah sumber dari
kebaikan sedangkan benda adalah sumber dari kejahatan. Allah adalah roh, benda
berlawanan dengan roh. Dari roh itu ada pecahan-pecahan(gumpalan) yang jahat
dalam benda, inilah yang menjadi manusia.Roh didalam manusia dibelenggu didalam
benda. Roh menghendakiyang baik, benda terus menarik ke bawah. Pandangan ini
terdapat dalam aliran kristen yang kuno, yaitu gnostik. Gnostik berasal dari
perkataan gnosis(pengetahuan).[13]
Dosa
Adam didapati disemua keturunannya. Semua manusia mati secara rohani sebagai
akibat dari dosa adam. Dosa (dosa warisan) diturunkan melalui perkembangbiakan
secara alami umat manusia. ketika benih laki-laki membuahi benih perempuan,
perempuan itu juga di buahi oleh “benih” dosa. Dengan cara ini setiap bayi di
cemari dengan benih Dosa sejak ia berada di dalam kandungan[14].
Dosa warisan telah disangkal oleh banyak orang. Menurut mereka, manusia
dilahirkan kedalam dunia seperti selembar kertas putih yang kosong (latin =
tabula rasa) dosa hanya di perbuat
karena meniru tindakan orang lain(Pelagius). Dosa dipelajari dari orang lain
dan bukan merupakan akibat benih dosa yang hidup dalam hati orang itu sendiri.[15]
Pengertian bahwa Allah adalah pencipta yang
bertanggung jawab atas dosa dalam dunia tidak perna disebutkan dalam Alkitab.
“jaulah dari pada Allah untuk melakukan kefasikan, dan daripada yang maha kuasa
untuk berbuat curang.” (Ayub 34:10). Ia adalah Allah yang kudus (Yesaya 6:3)
dan sama sekali tidak ada ketidakbenaran didalam Dia (Ul 32:4 Mzr 92:16) “sebab
Allah tidak dapa di cobai yang jahat dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun”
(Yak1:13). Dosa manusia segera merambat
pada seluruh manusia dan seluruh naturnya tidak ada yang tidak tersentuh oleh
dosa; seluruh tubuh dan jiwanya menjadi dicemari dosa. Kerusakan manusia jelas
dikatakan oleh Alkitab, misalnya dalam kej 6:5 Mzr 14::3; Rom 7:18. Kerusakan
total disini bukanlah berarti bahwa natur manusia telah rusak serusak rusaknya. Dalam kehendak kerusakan
ini menyatakan dirinya sebagai ketidak mampuan spritual.[16]
Kita bisa mengatakan bahwa perbuatan dosa bersumber
dari kehendak berdosa, tetapi darimanakah asalnya kehendak berdosa ini?
bagaimana kehendak yang tidak berdosa bisa mulai menghendaki dosa? Agustinus
menyatakan hal ini dengan baik:
“jadi janganlah kiranya seorangpun mencari penyebab
efisien dari kehendak jahat; karena sebab itu bukanlah efisien, melainkan
defisien....maka, untuk menemukan penyebab dari berbagai penyimpangan
ini-penyebab yang bukan, melainkan defisien, adalah seperti orang yang berupaya
untuk melihat kegelapan dan mendengar kesenyapan.[17]
D. Bab
III DAMPAK KERUSAKAN TOTAL
Dampak kerusakan total bagi hubungan
manusia dengan Allah
Dosa mengakibatkan perubahan yang
segera dalam hubungan Adam dan hawa
dengan Allah. Sebelumnya jelas Adam dan hawa berhubungan akrab dan mesra sekali
dengan Allah. Mereka percaya kepadanya serta menaatinya, dan berlandaskan pada
kejadian 3:8 dapat disimpulkan bahwa mereka bersekutu dengan Allah. Namun kini
semuanya telah berubah. Sebagai akibat perbuatan mereka melangar kepercayaan
dan perintah Allah, mereka telah menempatkan diri pada sisi yang salah dari
Allah, dan sebenarnya telah menjadi seteru Allah.[18]
Dalam kasus Adam dan hawa kepercayaan, kasih, keyakinan, serta keakraban
hubungan diganti dengan menjadi ketakutan, kengerian, serta usaha untuk
mengelak Allah.
Akibat lain dari dosa yang mempengaruhi
hubungan manusia dengan Allah adalah
kesalahan. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan kesalahan, akan berguna
untuk mengulas dua kata yang sering terbit dalam definisi orang tentang dosa
yaitu “buruk” dan “salah”. Kata buruk mempunyai banyak pengertian misalnya kata
ini berarti tidak sempurna, cacat tidak memadai, atau tidak cukup.[19]
Suatu keharusan untuk menganggap dosa dan kesalahan dalam kategori metafisik[20]
apabila kita mau mengerti akibatnya yang besar terhadap hubungan kita dengan
Allah dan juga atas seluruh alam semesta Allah adalah yang maha tinggi, kita
adalah ciptaanya.
Dampak kerusakan total atas atas sifat manusia
Ketika Adam
dan Hawa baru saja diciptakan, mereka bukan saja tidak bersalah, tetapi mereka
juga kudus. Mereka tidak memilki sifat yang berdosa. Kini mereka merasa malu,
hina, dan tercemar. Ada sesuatu yang harus mereka sembunyikan. Mereka telanjang
dan tidak dapat tampil dihadapan Allah dalam keadaan keji. Allah telah
berfirman mengenai pohon itu “ Pada hari engkau memakannya pastilah engkau
mati.” (kej 2:17). Kematian disini pertama tama adalah kematian rohani yaitu
terpisah hubungan yang baik antara manusia dengan Allah. Kematian rohani ini
tidak hanya berarti bahwa manusia tidak
mampu menyenangkan hati Allah, tetapi juga bahwa sifat manusia sudah tercemar.
(roma 5:12).
Dampak
kerusakan total atas tubuh manusia
Ketika
mengatakan bahwa sebagai ketidaktaatan manusia ”pasti akan mati” Allah
memaksudkan tubuh mereka juga. Allah berfirmn kepad Adam “sebab engkau debu dan
akan kembali menjadi debu. Ketika menulis bahwa “.... dosa telah masuk
kedalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut” (Roma 5:12), Paulus
mencantumkan konsepsi kematian yang menyeluruh : fisik dan rohani, dan abadi.
Dampak
kerusakan total terhadap lingkungan
Kita membaca dalam Alkitab bahwa
ular itu terkutuk “diantara segala ternak dan diantara segala binatang dihutan”
(kej.3:14) jelaslah bahwa semua hewan ikut menderita akibat dosa Adam. Allah
berfirman “...terkutuklah tanah karena engkau, dan dengan bersusah payah engkau
akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak dan duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya
bagimu, dan tumbuh-tumbuhan dipadang akan menjadi makananmu, dengan berpeluh
engkau mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah”
(kej.3:17-19),. Adam dan Hawa diusir dari taman itu dan dipaksa untuk berusaha
sendiri didalam dunia yang terkutuk. Pada mulanya mereka berada dalam
lingkungan yang paling indah dan sempurna; kini terpaksa mereka harus tinggal
dalam lingkungan yang tidak sempurna dan ganas. Lingkungan mereka jelas berubah
karena dosa.[21]
Kerusakan
total dalam pengertian negatif
a. Manusia
tidak dapat melakukan kebaikan
Dosa membuat
manusia tidak dapat melakukan kebaikan yang berkenan kepada Allah. Manusia
dapat melakukan kebaikan tertapi yang bersifat relatif, seperti yang sudah kami
paparkan di atas.(ayat-ayat pendukung: Mat.7:17-18, I Kor. 12:3, Yoh. 15:4-5,
Rom. 8:7-8
b. Manusia
tidak dapat memahami kebaikan
Manusia bukan
saja tidak mampu melakukan kebaikan, ia bahkan tidak ampu memahami kebaikan,
hanya setelah Tuhan membukakan hatinya barulah orang tersebut dapat mengerti.
((ayat-ayat pendukung: Kis 16:14, Ef 4:18, II Kor 3:12-18, Yoh 1:11.
c. Manusia
tidak dapat menginginkan kebaikan
Manusia bukan saja tidak mampu
melakukan kebaikan , dan tidak mampu memahami kebaikan, bahkan lebih buruk lagi
yaitu manusia tidak dapat menginginkan kebaikan. Hal ini merupakan bagian yang
terburuk dari kerusakan total alamiah dari manusia. Ketidak mampuan
menginginkan yang baik, khususnya menginginkan Yesus Kristus, dinyatakan dengan
tegas oleh Tuhan Yesus (Mat 7 :18 ; Yoh 3:3; 8:43; 15:4-5) dan Yoh 6:44, Yoh
6:65.
E. Bab
IV KESIMPULAN
Kejatuhan manusia pertama kedalam dosa
tidak terjadi diluar izin ketetapan Allah. Allah tidak meyebabkan manusia
jatuh, tetapi Ia mengizinkannya. Hal ini menimbulkan pertanyaan yang sulit.
Bagaimana Allah mengizinkan hal-hal yang bertentangan dengan
kehendaknya?Agustinus berkata :
Makna dari pernyataan, karya karya Allah adalah
agung, segalah tindakan kehendaknya dipertimbangkan dengan baik” adalah bahwa
didalam cara yang ganjil dan tak terungkapkan, bahkan hal yang bertentangan
dengan kehendaknya tidak akan terjadi tanpa kehendaknya. Jadi, dosa
bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi tidak perna berada diluar atau
melampaui kehendak Allah. Allah mengizinkan kejatuhan terjadi karena didalam
kemahakuasaanya. Ia bisa mendatangkan kebaikan bahkan dari kejahatan.tetapi
fakta bahwa dosa manusia tidak terjadi diluar kehendak Allah, tidak bisa
dijadikan dalil dan tidak bisa juga dipakai untuk menjelaskan dosa. Dosa akan
selalu merupakan teka-teki.[22]
Perasaan malu merupakan tanggapan
langsung dari hati nurani yang bersalah. Adam dan hawa sadar bahwa mereka telah
melakukan kesalahan, dan oleh karenanya mereka berusaha untuk menutupi diri
dengan menyamat daun ara. Perasaan malu yang terpusat pada bagian tubuh yang
ditandai oleh organ-organ kelahiran memiliki makna yang dalam, yaitu bahwa
manusia secara ingstingtif [23]merasa
bahwa bahkan asal dan sumber dari
kehidupannya, telah tercemar oleh dosa. Akibat berikut dari dosa pertama adalah
rasa takut. Laki laki dan istrinya itu bersembunyi dari Allah; ketika Allah
memanggil, Dimanakah engkau? Adam menjawab “aku menjadi takut” (kej 3:10).
Kesadaran bahwa mereka bersalah menimbulkan rasa takut, takut akan apa yang
mungkin Allah perbuat terhadap mereka sebagai hukuman atas dosa mereka.
Bersamaan dengan rasa takut
munculah pengelakan tanggung jawab. Yang Adam katakan kepada Allah adalah “aku
menjadi takut karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi, yang seharusnya
ia katakan adalah ia merasa takut karena ia tahu ia telah bersalah, tetapi
sebaliknya ia berusaha untuk menutupi kesalahannya. Adam mengelak dan menyalakan
hawa yang pada akhirnya menyalahkan ular. Baik Adam maupun hawa tak bersedia
memikul tanggung jawab atas kesalahan akibat dosa pertama ini.
Satu pertanyaan yang penting dan
begitu menarik dikalangan ahli teologi untuk di bahas adalah”Bagaimana mungkin manusia yang hidup
kudus jatuh dalam dosa”?
Sekalipun jawaban untuk pertanyaan ini
mungkin melampaui pengertian manusia dan tidak akan pernah dapat dijawab oleh
manusia, ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan
1. Adam dan hawa diciptakan sebagai mahkluk yang bebas, serta tanpa dosa,
dengan kemampuan untuk berbuat dosa dan tidak berbuat dosa.
2. Pencobaan yang dialami oleh pasangan manusia ini berbedah dari pencobaan
yang dialami oleh iblis, karena pencobaan manusia berasal dari luar diri
mereka; iblis yang menggoda untuk berbuat dosa.
3. Sekalipun godaan itu berasal dari luar dirinya, adam sendiri telah
mengambil keputusan utnuk tidak menaati Allah dia dianggap untuk bertanggun
jawab atas dosa.
4. Bagaimana dorongan yang berdosa dapat terbit didalam jiwa mahkluk yang
kudus yang tak berdosa merupakan masaalah yang melampaui pengertian kita. Salah
satunya penjelasan yang memuaskan adalah manusia jatuh karena kemauannya
sendiri untuk memutuskan memberontak terhadap Allah.
Bagaimana mungkin Allah yang adil dapat bertindak secara adil ketika
membiarkan manusia dicobai?
1. Perlunya suatu masa percobaan.
Allah telah memberikan kepada manusia
kemampuan untuk memilih yang memungkinkan manusia untuk menolak dengan kehendak
Allah yang sudah diketahuinya.memang manusia diciptakan dengan kecenderungan
untuk tunduk kepada Allah. Namun karena ia memiliki kemampuan untuk memilih
yang sebaliknya, maka kecenderungan ini akan diperkuat apabil ia dengan tegas
memilih untuk patuh kepada Allah, sedangkan ia mempunyai kesempatan untuk
memilih sebaliknya.
2. Perlu adanya seorang penggoda
Iblis jatuh tanpa godaan dari luar, iblis
berbuat dosa dengan sengaja, didorong oleh ambisi yang tidak sehat. Seandainya
manusia jatuh tanpa ada penggodanya, maka itu berarti manusia menciptakan
dosanya sendiri.
3. Kemungkinan menolak godaan kepada
Allah
Didalam pencobaan itu sendiri, sama sekali
tidak ada kekuatan yang dapat memaksa manusia untuk berbuat dosa. Kemampuan
manusia untuk memilih taat kepada Allah sebesar kemampuannya untuk tidak taat
kepada Allah.[24]
Karena semua orang telah berdosa dan telah kehilangan(kekurangan)
kemuliaan Allah dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan Cuma-Cuma karena
penebusan dalam Krisstus Yesus. Roma 3 : 23-24)
jika kita berkata, bahwa
kita tidak berdosa, maka kita menipu diri sendiri dan kebenaran tidak ada
didalam kita. Jika kita mengaku Dosa kita maka ia adalah setia dan adil,
sehingga ia akan mengampuni segalah dosa kita dan menyucikan kita dari segalah
kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berbuat dosa, maka kita membuat
Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada didalam kita. (1 yoh. 1:8-10). Solideo
Gloria
Daftar Pustaka
-Alkitab
-Berkhof,
louis, Teologi Sistematika, Doktrin Manusia, Surabaya: Momentum 2011
-Dr.Berkof,H.*Dr.Enklar,I,
Sejarah Gereja,Jakarta: Bpk 2009
-Thiesen,
Henry c, Teologi Sistematika, Malang: Gandum Mas 2003
-Hoekema,
Anthony, Manusia: Ciptaan menurut Gambar Allah, Surabaya: Momentum 2010
- Erickson, Miliar J, Teologi Kristen, malang:
Gandum Mas, 2003
-
Tong, Stephen, Yesus Kristus Juruselamat
Dunia, surabaya: Momentum 2005
-
Dr. Sudarmo,R, Iktisar Dogmatika, Jakarta: Bpk Gunung Mulia 2002
- Van Den End, Th, Enam Belas Dokumen Dasar
Calvinisme, jakarta Bpk Gunung Mulia 2004
-
Berkhof, louis, Teologi Sistematika, Doktrin Keselamatan, Surabaya: Momentum
- Lohse, Bernhard , Pengantar Sejarah Dogma
Kristen, Jakarta: Bpk Gunung Mulia 2011
- Palmer Edwin, Lima Pokok Calvinisme,
surabaya: Momentum 2011
Sumber
lain sebagai bahan perbandingan:
[1] Dr.H.Berkhof * Dr.I.H.Enklar, Sejarah Gereja (Jakarta, Bpk Gunung
Mulia, 2009) Hlm. 68-69
[2] Anthony A. Hoekema, Manusia:
ciptaan menurut Gambar Allah, (surabaya, Momentum, 2010), Hlm. 129
[3] Edwin Palmer, Lima Pokok
Calvinisme, (surabaya: momentum, 2011) hlm. 9-10
[4] .Ibid. Hlm.2
[6] Bernhard Lohse, Pengantar
Sejarah Dogma Kristen, (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2011), hal. 142
[7] Th. Van Den End, Enam Belas
Dokumen Dasar Calvinisme, (jakarta, Bpk Gunung Mulia, 2004), Hlm. 31-32
[8] .Ibid. Hlm. 73
[9] Ibid. Hlm. 104
[10] . Stephen Tong, Yesus Kristus
Kuruselamat Dunia, ( surabaya, momentum 2005), Hlm 45-46
[11] Louis Berkhof, Teologi Sistematika Vol.IV (surabaya,
momentum 2011), Hlm 86
[12] .Ibid Hlm. 87
[13] Dr. R. Sudarmo, Iktisar
Dogmatika, ( Jakarta:Bpk Gunung Mulia, 2002
[14] .Ibid hlm 21
[15] .Ibid hlm 23
[16]. Ibid Hlm. 100
[17] Anthony A. Hoekema, Manusia:
menurut gambar Allah (surabaya, Momentum, 2010) Hlm.168
[18] Miliar J. Erickson, Teologi
Kristen, (malang, Andum Mas, 2003), Hlm. 212
[19] .Ibid. Hlm. 217-218
[20] Berkenaan dengan hal-hal non fisik atau tidak kelihatan
[21] Henry C. Thiensen, Teologi Sistematika,
(Malang, Gandum Mas: 2003) Hlm. 282
[22] Ibid. Hlm. 169
[23] Menurut ingsting (naluri)
[24] Henry C. Thiessen, Teologi
sistematika, (Malang: Gandum Mas, 2003), Hlm.270-271
Tidak ada komentar:
Posting Komentar